Kota Dingin,
Purnama Ke Empat.
Untuk Sahabat (yang aku tidak punya sebutan lain untuk kalian selain itu),
Sahabat. Iya. Aku hanya punya satu kata itu untuk menggambarkan siapa kalian dalam hidupku.
Aku tidak tau awalnya, pertemuan kita dari hanya senda gurau dan tawa canda kecil dapat membawa kalian sangat menyempurnakan hidupku.
Kisah kisah remaja yang sempurna bersama kalian yang sangat tidak mungkin aku tepiskan begitu saja.
Kalian separuh hidupku. Dimana tanpanya, aku akan sangat lumpuh.
Kalian separuh jiwaku. Dimana tanpanya, seperti kesulitan bernafas.
Berlebihan ? mungkin iya bagimu. Tapi bagiku tidak.
Kalian benar benar adalah bagian tak terpisahkan dari hidupku.
Aku tau, kita akan punya hidup masing masing, dimana dalam sepersekian detik hidup itu, aku tidak terpikirkan dalam pemikiran kalian. Atau bahkan mungkin, ada kalanya satu kali 24 jam itu, aku bahkan tidak masuk dalam hitungan putaran otak kalian.
Iya, sahabat. Aku sangat tau.
Kita akan punya kehidupan kita masing masing, yang bahkan aku atau kalian tidak bisa masuk ke dalamnya.
Bukan kalian tidak mengizinkan, atau aku tidak berkenan, tapi memang tidak memungkinkan saja untuk aku atau kalian masuki kehidupan itu. Mungkin kali ini baru aku bisa menyalahkan situasi.
Kalian akan punya kekasih, yang akan menjadi hidup kalian, bukan separuh hidup lagi.
Kalian akan punya banyak tugas kuliah dari dosen yang amat menyebalkan, yang akan menyita sedikit demi sedikit waktu kalian bersamaku.
Kalian akan punya teman dan kawan baru di dunia dimana aku tidak ada disana.
Kalian akan punya kehidupan baru yang lain, yang aku tidak ikut serta berperan didalamnya.
Iya, sahabat. Aku tau. Karena aku pun disini sama. Aku punya semua hal baru yang kalian punya juga.
Sekarang, saat hujan dan mati listrik, aku tidak perlu lagi mengganggu kalian dengan teriakanku, karena ada kekasihku yang akan selalu mendampingiku.
Sekarang aku tidak akan lagi membebanimu dengan semua cerita panjang lebar dan keluh kesah ku, karena ada telinga lain yang siap mendengarku tanpa cacat, kekasihku.
Sekarang, aku tidak akan lagi ber”tidak jelas” mengirim pesan tidak penting mencari kesibukan karena aku sudah cukup dipusingkan dengan tugas kuliah dan ujian atau kuis setiap minggu.
Sesekali, mungkin aku akan mengingat kalian. Mengingat kebersamaan kita yang sempurna, dahulu.
Kita tidak berpisah sedemikian jauh. Karena kita masih sering bersua via media apapun (sekarang zaman canggih karena blackberry dan apple bukan lagi sekedar buah)
Tapi tetap saja, berbeda. Ini bukan kita yang dulu.
Tidak. Aku tidak meminta untuk mengembalikan semua kesempurnaan milik kita dulu.
Aku cukup bahagia, dengan memiliki kalian dan kekasih dan tugas kuliah ini. Hidupku masih terasa nyaman.
Aku hanya membayangkan. Beberapa tahun kedepan, apakah akan tetap sama, atau akan lebih banyak berubah?
Dan jika berubah, akan berubah ke arah mana?
Baru kekasih saja, sudah menjadi hidup, apalagi ketika ia menjadi suami?
Baru tugas kuliah saja sudah menyita pikiran waktu dan tenaga, apalagi pekerjaan kantor ditambah pekerjaan ibu rumah tangga?
Nanti, di dunia dimana kita sudah mapan dan punya hidup yang lebih baru, masih adakah celah di sepersekian detik waktu mu untuk memikirkanku, sahabat?
Nanti, di dunia dimana suamimu lebih sering merepotkanmu dengan keluhan kantornya, masih adakah kesempatan ku bercerita mengenai hidupku, sahabat?
Aku tidak meminta semua akan kembali seperti kita masih remaja. Tidak. Tentu aku tau itu akan sulit.
Hanya aku ingin kalian tau.
Sahabat bukan hanya sekedar kata untuk menyempurnakan kehidupan atau melengkapi kisah hidup. Bukan pula hanya untuk ajang pembuktian ke eksis an diri untuk men tag foto foto nya di facebook dan atau twitter dan plurk.
Lebih dari itu. Sahabat tidak hanya datang untuk melengkapi kisah hidup, tapi untuk memastikan bahwa tanpanya, kita akan lumpuh.
Dan untuk kalian,
Kalian tetap bagian yang tak terpisahkan dari kelengkapan hidup, dimana tanpanya, aku akan lumpuh.
Tolong ingat, bahwa aku selalu menyelipkan nama nama kalian di setiap sembahyang pagi siang sore atau petang. Meski hanya sepersekian detik dari begitu banyak doa yang kuminta untuk kebahagiaan hidupku sendiri bersama kekasihku (atau suamiku).
Tolong ingat, aku pernah sangat menjadi bagian tak terpisahkan dari hidup kalian. Dimana aku selalu mengeluh dan membutuhkan senyum kalian.
Tolong ingat, bahwa tidak ada orang lain yang dapat ku percaya kecuali kalian saat kekasihku (atau suamiku) sedang sangat menyebalkan dan tidak bisa diajak diskusi.
Tolong ingat, bahwa selain kehidupan aku, keluarga kecilku (ayah ibu kakak adik) dan keluarga baru ku (bersama suamiku), kalian adalah poin berikutnya yang akan selalu terpatri dalam hati ini.
Tolong ingat, kita pernah sangat bahagia dengan hanya tertawa didepan tukang pop ice tanpa harus berjibaku dengan kekhawatiran akan menjadi apa dimasa depan.
Tolong ingat, bahwa hanya pada kalian aku bisa menangis tersedu tak henti ditengah hujan dilarut malam karena seorang yang kucinta pergi dari hidupkku (dan hanya pada kalian aku bisa seperti itu).
Tolong ingat, bahwa aku bisa menjadi diriku sendiri tanpa harus takut berkulit gelap dan atau tidak pintar dalam menggunakan handphone blackberry, atau bahkan tidak tau hanamasa itu tempat apa, hanya bersama kalian aku merasa baik baik saja.
Tolong ingat, bahwa dimanapun dan bagaimanapun kehidupan akan mengubah kita kelak, kalian tetap sahabat yang tidak pernah ku sesali keberadaannya.
Karena selain sahabat, aku tidak punya kata lain yang pantas untuk menggambarkan sebesar apa kalian berada dalam hidupku.
Semoga kalian memahaminya, sahabat. :)
Jika aku sangat ingin bertemu kembali di surga dengan kekasih hidupku (suamiku kelak), doa untukmu sama, aku ingin bertemu kalian lagi di surga. Amin.
Salam hangat,
Aku Yang Selalu Membutuhkan Kalian
p.s : Semoga Tuhan mengizinkan, untuk doa yang terakhir