home

Monday, April 12, 2010

Sebuah Catatan Kecil Untuk (yang ku sebut) Sahabat


Kota Dingin,

Purnama Ke Empat.

Untuk Sahabat (yang aku tidak punya sebutan lain untuk kalian selain itu),

Sahabat. Iya. Aku hanya punya satu kata itu untuk menggambarkan siapa kalian dalam hidupku.

Aku tidak tau awalnya, pertemuan kita dari hanya senda gurau dan tawa canda kecil dapat membawa kalian sangat menyempurnakan hidupku.

Kisah kisah remaja yang sempurna bersama kalian yang sangat tidak mungkin aku tepiskan begitu saja.

Kalian separuh hidupku. Dimana tanpanya, aku akan sangat lumpuh.

Kalian separuh jiwaku. Dimana tanpanya, seperti kesulitan bernafas.

Berlebihan ? mungkin iya bagimu. Tapi bagiku tidak.

Kalian benar benar adalah bagian tak terpisahkan dari hidupku.

Aku tau, kita akan punya hidup masing masing, dimana dalam sepersekian detik hidup itu, aku tidak terpikirkan dalam pemikiran kalian. Atau bahkan mungkin, ada kalanya satu kali 24 jam itu, aku bahkan tidak masuk dalam hitungan putaran otak kalian.

Iya, sahabat. Aku sangat tau.

Kita akan punya kehidupan kita masing masing, yang bahkan aku atau kalian tidak bisa masuk ke dalamnya.

Bukan kalian tidak mengizinkan, atau aku tidak berkenan, tapi memang tidak memungkinkan saja untuk aku atau kalian masuki kehidupan itu. Mungkin kali ini baru aku bisa menyalahkan situasi.

Kalian akan punya kekasih, yang akan menjadi hidup kalian, bukan separuh hidup lagi.

Kalian akan punya banyak tugas kuliah dari dosen yang amat menyebalkan, yang akan menyita sedikit demi sedikit waktu kalian bersamaku.

Kalian akan punya teman dan kawan baru di dunia dimana aku tidak ada disana.

Kalian akan punya kehidupan baru yang lain, yang aku tidak ikut serta berperan didalamnya.

Iya, sahabat. Aku tau. Karena aku pun disini sama. Aku punya semua hal baru yang kalian punya juga.

Sekarang, saat hujan dan mati listrik, aku tidak perlu lagi mengganggu kalian dengan teriakanku, karena ada kekasihku yang akan selalu mendampingiku.

Sekarang aku tidak akan lagi membebanimu dengan semua cerita panjang lebar dan keluh kesah ku, karena ada telinga lain yang siap mendengarku tanpa cacat, kekasihku.

Sekarang, aku tidak akan lagi ber”tidak jelas” mengirim pesan tidak penting mencari kesibukan karena aku sudah cukup dipusingkan dengan tugas kuliah dan ujian atau kuis setiap minggu.

Sesekali, mungkin aku akan mengingat kalian. Mengingat kebersamaan kita yang sempurna, dahulu.

Kita tidak berpisah sedemikian jauh. Karena kita masih sering bersua via media apapun (sekarang zaman canggih karena blackberry dan apple bukan lagi sekedar buah)

Tapi tetap saja, berbeda. Ini bukan kita yang dulu.

Tidak. Aku tidak meminta untuk mengembalikan semua kesempurnaan milik kita dulu.

Aku cukup bahagia, dengan memiliki kalian dan kekasih dan tugas kuliah ini. Hidupku masih terasa nyaman.

Aku hanya membayangkan. Beberapa tahun kedepan, apakah akan tetap sama, atau akan lebih banyak berubah?

Dan jika berubah, akan berubah ke arah mana?

Baru kekasih saja, sudah menjadi hidup, apalagi ketika ia menjadi suami?

Baru tugas kuliah saja sudah menyita pikiran waktu dan tenaga, apalagi pekerjaan kantor ditambah pekerjaan ibu rumah tangga?

Nanti, di dunia dimana kita sudah mapan dan punya hidup yang lebih baru, masih adakah celah di sepersekian detik waktu mu untuk memikirkanku, sahabat?

Nanti, di dunia dimana suamimu lebih sering merepotkanmu dengan keluhan kantornya, masih adakah kesempatan ku bercerita mengenai hidupku, sahabat?

Aku tidak meminta semua akan kembali seperti kita masih remaja. Tidak. Tentu aku tau itu akan sulit.

Hanya aku ingin kalian tau.

Sahabat bukan hanya sekedar kata untuk menyempurnakan kehidupan atau melengkapi kisah hidup. Bukan pula hanya untuk ajang pembuktian ke eksis an diri untuk men tag foto foto nya di facebook dan atau twitter dan plurk.

Lebih dari itu. Sahabat tidak hanya datang untuk melengkapi kisah hidup, tapi untuk memastikan bahwa tanpanya, kita akan lumpuh.

Dan untuk kalian,

Kalian tetap bagian yang tak terpisahkan dari kelengkapan hidup, dimana tanpanya, aku akan lumpuh.

Tolong ingat, bahwa aku selalu menyelipkan nama nama kalian di setiap sembahyang pagi siang sore atau petang. Meski hanya sepersekian detik dari begitu banyak doa yang kuminta untuk kebahagiaan hidupku sendiri bersama kekasihku (atau suamiku).

Tolong ingat, aku pernah sangat menjadi bagian tak terpisahkan dari hidup kalian. Dimana aku selalu mengeluh dan membutuhkan senyum kalian.

Tolong ingat, bahwa tidak ada orang lain yang dapat ku percaya kecuali kalian saat kekasihku (atau suamiku) sedang sangat menyebalkan dan tidak bisa diajak diskusi.

Tolong ingat, bahwa selain kehidupan aku, keluarga kecilku (ayah ibu kakak adik) dan keluarga baru ku (bersama suamiku), kalian adalah poin berikutnya yang akan selalu terpatri dalam hati ini.

Tolong ingat, kita pernah sangat bahagia dengan hanya tertawa didepan tukang pop ice tanpa harus berjibaku dengan kekhawatiran akan menjadi apa dimasa depan.

Tolong ingat, bahwa hanya pada kalian aku bisa menangis tersedu tak henti ditengah hujan dilarut malam karena seorang yang kucinta pergi dari hidupkku (dan hanya pada kalian aku bisa seperti itu).

Tolong ingat, bahwa aku bisa menjadi diriku sendiri tanpa harus takut berkulit gelap dan atau tidak pintar dalam menggunakan handphone blackberry, atau bahkan tidak tau hanamasa itu tempat apa, hanya bersama kalian aku merasa baik baik saja.

Tolong ingat, bahwa dimanapun dan bagaimanapun kehidupan akan mengubah kita kelak, kalian tetap sahabat yang tidak pernah ku sesali keberadaannya.

Karena selain sahabat, aku tidak punya kata lain yang pantas untuk menggambarkan sebesar apa kalian berada dalam hidupku.

Semoga kalian memahaminya, sahabat. :)

Jika aku sangat ingin bertemu kembali di surga dengan kekasih hidupku (suamiku kelak), doa untukmu sama, aku ingin bertemu kalian lagi di surga. Amin.

Salam hangat,

Aku Yang Selalu Membutuhkan Kalian

p.s : Semoga Tuhan mengizinkan, untuk doa yang terakhir

Tulisan Sederhana Untuk Ayah

Ayah. Aku benar benar tersenyum ketika menulis ini.

Aku tidak tau, sudah berapa lama aku kehilangan akal pikiran sehat ku belakangan, karena aku semakin sibuk dengan tugas tugas kuliah yang melanda, juga beberapa chapter kehidupan baru di dunia yang baru saja ku geluti, atas bantuanmu.

Tapi aku tau, setiap aku pulang di penghujung senja, kau selalu menungguku dengan wajah khawatirmu yang kau sembunyikan dibalik kalimat “memang jalanan macet sekali? Kenapa baru pulang sepetang ini?”

Aku tau, kau selalu mengingatkan ibu untuk mengirimi aku pesan pulang jam berapa hari ini, karena jika pulang larut malam, aku akan dimasakkan air panas untuk mandi.

Aku tau, saat aku mengeluh bahwa aku banyak sekali tugas organisasi yang memaksaku pulang larut dan bahkan hari libur pun tidak bisa tinggal dirumah, kau selalu merasa ingin menarikku dari kehidupan baru itu namun tersembunyi dibalik tatapan tegas sambil minum teh hangat lalu berkata “ya harus tetap semangat dong, jangan loyo begitu, nanti kan disana juga have fun”

Ayah. Entah sudah berapa lama aku tidak melewati taman tempat dimana kau mengajari aku sepeda roda dua. Entah sudah berapa lama, aku tidak membuatkan teh manis hangat sepulang kau kerja atau sebelum kau berangkat, karena aku pergi lebih dulu darimu, dan pulang lebih larut darimu. Entah sudah berapa lama, aku tidak bercerita mengenai kehidupan yang sedang kujalani atau bercerita mengenai kabar hariku, kawanku, dan seluruh bagian hidupku.

Tapi dari semua hal yang ingin kumintai maaf, tolong dengar bahwa aku akan selalu sangat merindukan mu, Ayah.

Ayah, tolong restui aku bersama kekasihku.

Aku tau kau khawatir, apakah calon pendamping hidupku ini cukup baik untukku. Karena selemah apapun dirimu, kau selalu berusaha menjadi baik dan kuat dihadapanku.

Aku tau kau khawatir, apakah calon pendamping hidupku ini dapat bersiul girang sambil mencuci motor menemani aku yang menyiram tanaman saat minggu pagi. Karena kau bisa bersiul lagu lagu kesukaanku yang membuatku tawaku mengembang ditengah dinginnya pagi.

Aku tau kau khawatir, apakah calon pendampingku ini selalu dapat aku andalkan saat mati listrik dan hujan besar. Karena kau yang pasti akan selalu menjemputku ke tengah kota saat hujan lebat dan sudah larut, aku belum sampai rumah.

Aku tau kau khawatir, apakah calon pendampingku ini benar benar mengantarku sampai depan gerbang kampus atau kantor dan tidak menurunkanku dijalan. Karena saat kau mengantarku, kau benar benar selalu memastikan aku sudah masuk melewati gerbang kampus.

Aku tau kau khawatir, apakah calon pendamingku ini benar benar bisa membuatku selalu tersenyum setiap saat bahkan saat aku mengeluh ada banyak tugas dan kegiatan intra kampus. Karena jika aku mengeluh padamu, kau selalu menyembunyikan rasa ibamu padaku dengan senyuman tulus mu yang tidak pernah dapat kubeli harganya.

Aku tau kau khawatir, apakah calon pendampingku ini cukup bijaksana untuk selalu mengingatkan anakmu belajar dan tidak tidur larut. Karena setiap aku lalai sedikit saja, kau selalu menyuruhku belajar, dan saat sudah lampau larut, kau selalu memastikan aku untuk lekas tidur.

Aku tau kau khawatir, apakah calon pendamping hidupku ini berhati hati menyetir mobil, dengan kecepatan pelan dan tidak kasar mengendarai kendaraan. Karena kau selalu membawaku berkendara dengan kecepatan tidak lebih dari 55 km/jam dan sangat berhati hati melewati lubang lubang jalan.

Aku tau kau khawatir, apakah calon pendamping hidupku ini akan benar benar menjagaku dari binatang binatang rumah yang dapat membuatku teriak dikamar mandi. Karena saat aku ketakutan akan cicak atau kelabang, kau dengan sigap selalu mengusir binatang aneh itu jauh dariku.

Aku tau kau selalu khawatir, apakah calon pendamping hidupku ini benar benar orang yang tidak akan meninggalkan aku bahkan saat aku membanting pintu dihadapan mukanya karena kepalang kesal. Karena saat kau bertengkar kecil atau besar denganku, kau tidak akan pernah meninggalkan aku, melainkan selalu sabar menunggu aku kembali muncul dihadapanmu sambil terus (selalu) memaafkanku. Meski tanpa kalimat, namun pelukmu itu mengisyaratkan bahwa kau tidak pernah akan meninggalkanku.

Aku tau, ayah. Kau sangat khawatir, apa setelah aku memiliki kehidupan lain dimana aku membentuk keluarga kecil yang baru, apakah aku masih akan mengingatmu dalam setiap sembahyang ku. Karena selama apapun aku telah tidak bersenda gurau dengan ayah, selama apapun aku tidak bersua denganmu, kau selalu menyelipkan banyak namaku, dalam doa doa pagi siang malam dan petang mu.

Aku tau kau selalu khawatir akan keamanan dan kenyamanan ku.

Karena sejauh ini, satu satu nya pemuda yang dapat membuatku nyaman, dan sangat aman di saat apapun dan bagaimanapun, pemuda yang dapat ku andalkan disaat hujan lebat larut malam, hanya kau, ayah.

Ayah.

Sesungguhnya, tidak akan pernah ada yang bisa menggantikan ayah.

Tidak akan bisa ada yang begitu sempurna mengganti ayah dalam hidupku. Sekalipun kehidupan baru itu telah akuk bangun.

Karena ayah, tetaplah ayah yang sangat aku perlukan kehadirannya saat wisuda sarjana ku.

Karena ayah, tetaplah orang yang akan membuat senyumku sempurna saat aku berjalan menuju pelaminan.

Karena ayah, tetaplah satu satu nya pemuda pertama yang akan terus menjagaku bahkan meski hanya lewat doa doa kecil saat usiamu tidak lagi muda.

Karena ayah, tetaplah pemuda pertama yang terpatri dalam di hatiku yang keberadaannya tidak dapat tergantikan oleh siapapun.

Karena calon pendamping hidupku nanti, akan menempati ruang baru lain dalam hatiku.

Ayah, tidak perlu khawatir. Karena calon pendamping hidupku nanti, pastilah mesti seperti ayah yang selalu menjagaku.

Dan ayah,

Jika nanti aku telah membangun keluarga kecil yang baru,

Tolong jangan mengira aku akan melupakan semua hal hal kecil yang pernah kita lakukan bersama.

Aku akan menjadi ibu, aku akan menjadi istri,

Aku akan sibuk mengurusi ini dan itu.

Tapi aku berikrar bahwa aku akan terus menyelipkan nama ayah dalam doa doa siang malam pagi dan petang ku.


Dan ayah, dunia akan seperti apa atau bagaimana pun kelak,

Aku akan tetap menjadi gadis kecil ayah yang selalu membutuhkan pundak lenganmu, memerlukan senyum dan kecemasanmu, dan merindukan rangkulan hangat dan ciuman kening sebelum tidur.


Salam,

Gadis Kecil Ayah (yang sedang menapaki beberapa periode kehidupan)

Thursday, April 1, 2010

IMPROPER

sebenarnya,

ini mungkin sudah terlambat untuk berpikir demikian, karena bagaimanapun, sudah aku iyakan tawarannya.
menjadi pendampingnya.

tapi sungguh,
saat ini sedang sangat merasa improper
tidak layak. improper.
satu kata yang cukup menggambarkan kondisiku saat ini.

bukan aku tidak suka melihat semangat mu yang begitu besar.
semangat dan mimpimu yang tinggi.
aku sangat suka. dan aku sangat mendukung.

tapi aku jadi berpikir, apa yang bisa aku lakukan ?
apa hanya dengan "semangat!"

apa hanya dengan senyum simpul yang kumiliki?
apa hanya dengan ribuan pesan singkat berisi kalimat kalimat bijak?
tentu tidak cukup dengan itu kan?
tentu tidak dengan puluhan pesan ku yang rasanya tidak begitu berguna.
apa guna aku berada disampingmu.
aku hanya egois saja kan untuk berada disampingmu dan tidak dapat melakukan apapun?

aku sangat takut, ka.
sungguh aku sangat takut.

apa yang dapat aku lakukan untukmu.
apa?

aku takut, ka.
dan semakin takut untuk kupikirkan, semakin takut untuk direnungkan.
improper.

iya. aku seorang yang improper.

apa gunaku berada disamping mu, kak?