home

Monday, April 12, 2010

Tulisan Sederhana Untuk Ayah

Ayah. Aku benar benar tersenyum ketika menulis ini.

Aku tidak tau, sudah berapa lama aku kehilangan akal pikiran sehat ku belakangan, karena aku semakin sibuk dengan tugas tugas kuliah yang melanda, juga beberapa chapter kehidupan baru di dunia yang baru saja ku geluti, atas bantuanmu.

Tapi aku tau, setiap aku pulang di penghujung senja, kau selalu menungguku dengan wajah khawatirmu yang kau sembunyikan dibalik kalimat “memang jalanan macet sekali? Kenapa baru pulang sepetang ini?”

Aku tau, kau selalu mengingatkan ibu untuk mengirimi aku pesan pulang jam berapa hari ini, karena jika pulang larut malam, aku akan dimasakkan air panas untuk mandi.

Aku tau, saat aku mengeluh bahwa aku banyak sekali tugas organisasi yang memaksaku pulang larut dan bahkan hari libur pun tidak bisa tinggal dirumah, kau selalu merasa ingin menarikku dari kehidupan baru itu namun tersembunyi dibalik tatapan tegas sambil minum teh hangat lalu berkata “ya harus tetap semangat dong, jangan loyo begitu, nanti kan disana juga have fun”

Ayah. Entah sudah berapa lama aku tidak melewati taman tempat dimana kau mengajari aku sepeda roda dua. Entah sudah berapa lama, aku tidak membuatkan teh manis hangat sepulang kau kerja atau sebelum kau berangkat, karena aku pergi lebih dulu darimu, dan pulang lebih larut darimu. Entah sudah berapa lama, aku tidak bercerita mengenai kehidupan yang sedang kujalani atau bercerita mengenai kabar hariku, kawanku, dan seluruh bagian hidupku.

Tapi dari semua hal yang ingin kumintai maaf, tolong dengar bahwa aku akan selalu sangat merindukan mu, Ayah.

Ayah, tolong restui aku bersama kekasihku.

Aku tau kau khawatir, apakah calon pendamping hidupku ini cukup baik untukku. Karena selemah apapun dirimu, kau selalu berusaha menjadi baik dan kuat dihadapanku.

Aku tau kau khawatir, apakah calon pendamping hidupku ini dapat bersiul girang sambil mencuci motor menemani aku yang menyiram tanaman saat minggu pagi. Karena kau bisa bersiul lagu lagu kesukaanku yang membuatku tawaku mengembang ditengah dinginnya pagi.

Aku tau kau khawatir, apakah calon pendampingku ini selalu dapat aku andalkan saat mati listrik dan hujan besar. Karena kau yang pasti akan selalu menjemputku ke tengah kota saat hujan lebat dan sudah larut, aku belum sampai rumah.

Aku tau kau khawatir, apakah calon pendampingku ini benar benar mengantarku sampai depan gerbang kampus atau kantor dan tidak menurunkanku dijalan. Karena saat kau mengantarku, kau benar benar selalu memastikan aku sudah masuk melewati gerbang kampus.

Aku tau kau khawatir, apakah calon pendamingku ini benar benar bisa membuatku selalu tersenyum setiap saat bahkan saat aku mengeluh ada banyak tugas dan kegiatan intra kampus. Karena jika aku mengeluh padamu, kau selalu menyembunyikan rasa ibamu padaku dengan senyuman tulus mu yang tidak pernah dapat kubeli harganya.

Aku tau kau khawatir, apakah calon pendampingku ini cukup bijaksana untuk selalu mengingatkan anakmu belajar dan tidak tidur larut. Karena setiap aku lalai sedikit saja, kau selalu menyuruhku belajar, dan saat sudah lampau larut, kau selalu memastikan aku untuk lekas tidur.

Aku tau kau khawatir, apakah calon pendamping hidupku ini berhati hati menyetir mobil, dengan kecepatan pelan dan tidak kasar mengendarai kendaraan. Karena kau selalu membawaku berkendara dengan kecepatan tidak lebih dari 55 km/jam dan sangat berhati hati melewati lubang lubang jalan.

Aku tau kau khawatir, apakah calon pendamping hidupku ini akan benar benar menjagaku dari binatang binatang rumah yang dapat membuatku teriak dikamar mandi. Karena saat aku ketakutan akan cicak atau kelabang, kau dengan sigap selalu mengusir binatang aneh itu jauh dariku.

Aku tau kau selalu khawatir, apakah calon pendamping hidupku ini benar benar orang yang tidak akan meninggalkan aku bahkan saat aku membanting pintu dihadapan mukanya karena kepalang kesal. Karena saat kau bertengkar kecil atau besar denganku, kau tidak akan pernah meninggalkan aku, melainkan selalu sabar menunggu aku kembali muncul dihadapanmu sambil terus (selalu) memaafkanku. Meski tanpa kalimat, namun pelukmu itu mengisyaratkan bahwa kau tidak pernah akan meninggalkanku.

Aku tau, ayah. Kau sangat khawatir, apa setelah aku memiliki kehidupan lain dimana aku membentuk keluarga kecil yang baru, apakah aku masih akan mengingatmu dalam setiap sembahyang ku. Karena selama apapun aku telah tidak bersenda gurau dengan ayah, selama apapun aku tidak bersua denganmu, kau selalu menyelipkan banyak namaku, dalam doa doa pagi siang malam dan petang mu.

Aku tau kau selalu khawatir akan keamanan dan kenyamanan ku.

Karena sejauh ini, satu satu nya pemuda yang dapat membuatku nyaman, dan sangat aman di saat apapun dan bagaimanapun, pemuda yang dapat ku andalkan disaat hujan lebat larut malam, hanya kau, ayah.

Ayah.

Sesungguhnya, tidak akan pernah ada yang bisa menggantikan ayah.

Tidak akan bisa ada yang begitu sempurna mengganti ayah dalam hidupku. Sekalipun kehidupan baru itu telah akuk bangun.

Karena ayah, tetaplah ayah yang sangat aku perlukan kehadirannya saat wisuda sarjana ku.

Karena ayah, tetaplah orang yang akan membuat senyumku sempurna saat aku berjalan menuju pelaminan.

Karena ayah, tetaplah satu satu nya pemuda pertama yang akan terus menjagaku bahkan meski hanya lewat doa doa kecil saat usiamu tidak lagi muda.

Karena ayah, tetaplah pemuda pertama yang terpatri dalam di hatiku yang keberadaannya tidak dapat tergantikan oleh siapapun.

Karena calon pendamping hidupku nanti, akan menempati ruang baru lain dalam hatiku.

Ayah, tidak perlu khawatir. Karena calon pendamping hidupku nanti, pastilah mesti seperti ayah yang selalu menjagaku.

Dan ayah,

Jika nanti aku telah membangun keluarga kecil yang baru,

Tolong jangan mengira aku akan melupakan semua hal hal kecil yang pernah kita lakukan bersama.

Aku akan menjadi ibu, aku akan menjadi istri,

Aku akan sibuk mengurusi ini dan itu.

Tapi aku berikrar bahwa aku akan terus menyelipkan nama ayah dalam doa doa siang malam pagi dan petang ku.


Dan ayah, dunia akan seperti apa atau bagaimana pun kelak,

Aku akan tetap menjadi gadis kecil ayah yang selalu membutuhkan pundak lenganmu, memerlukan senyum dan kecemasanmu, dan merindukan rangkulan hangat dan ciuman kening sebelum tidur.


Salam,

Gadis Kecil Ayah (yang sedang menapaki beberapa periode kehidupan)

0 responses: