home

Thursday, December 17, 2009

Tentang Sebuah Cinta

Malam itu, aku terduduk di sebuah kafe tempat berkumpulnya remaja. Desember tanggal 24.
Suasana menjelang natal dan tahun baru membuat kafe itu ramai dikunjungi dan tentunya sangat gaduh.
Kami memulai perbincangan setelah makan malam ini dengan tebak-tebakan.
Dia tidak pandai bermain tebak-tebakan seperti pemuda lain kebanyakan, namun usahanya untuk membuatku tertawa sangat ku hargai. Maklum saja, dia bukan pemuda lawak dengan gaya nyeleneh, kebalikan dari itu, pemuda serius dengan kacamata yang lebih memilih membaca buku “chicken soup” daripada “seribu sms membuat tertawa”
Dan mungkin akan lebih memilih film “A Beautiful Mind” daripada “Air Terjun Pengantin”
Tentu saja dia lebih banyak tertawa mendengar leluconku.
Hingga sampai akhirnya aku baru saja melontarkan tebak-tebakan itu, dan sungguh belum sempat menarik nafas, ia berkata
“I love you”
Tentu saja aku tersedak. Namun dengan semua sisa kekuatan pikiran yang kumiliki, aku berkata tenang
“Don’t make a kidding on me!” diiringi tawa lepas sambil menegak strawberry float.
Tentu saja saat itu aku tau dia tidak sedang bercanda. Tatapan mata khasnya, dia benar-benar sedang serius. Tapi entah kenapa aku gugup, iya, tentu saja aku gugup.
Aku tidak akan pernah menyangka seumur hidupku.
Jika dia benar menyatakan cinta itu untukku. Apa Tuhan sedang bermain-main?
Dia pemuda yang cukup banyak didambakan wanita.
Perawakan ala Jacob Black dalam film Newmoon. Yang sering mendapat penghargaan dari berbagai bidang sejak sekolah menengah. Belum lagi segudang prestasi akademik. Yang tidak akan aku bisa hitung trofi juaranya.
Sekali lagi. Aku sangat tersentak.
“I am not kidding” ucapnya lagi. Entah kenapa aku melihatnya berkeringat di kafe yang dingin ini.
“I love you” ucapnya lagi
Aku membalas
“you are joking right?” tanyaku kini menatap matanya
“I am not joking. I don’t know what’s going on with me, I just always think of you lately.
I just can’t stop this heart beating when you’re around. I just can’t get myself too far from you.”

Aku bukan wanita yang dapat bersanding dengannya. Aku sangat menyadari itu.
Aku wanita biasa yang punya mimpi melihat kandang kelinci di depan halaman rumah, bukan bermimpi mempunyai rumah di Beverly Hills.
Bahkan jika ia bermimpi untuk berkeliling eropa suatu hari, aku hanya berharap dapat mengunjungi rumah ibu di desa jika suatu hari aku menikah dan tinggal di kota. Untuk segala hal, aku sangat tidak percaya, pemuda ini akan “cinta” padaku.
Aku hanya mengira, dia berteman baik denganku, meskipun sempat berbesar hati, tapi aku terus menahan diri untuk jatuh terlalu dalam. Aku hanya takut terluka.
“why do you think you love me?” ucapku
“if only I got the answer, I’d tell you. In fact, this just happened that way. I don’t know why, I just can’t see you talk too much about other guys.
I just can’t see you much closer with any other guys
I juts can’t resist you in my mind”

Aku terdiam sejenak. Sedikit tidak percaya. Tentu saja, aku sangat senang, pemuda ini, yang mestinya tidak mungkin aku tolak.
“how do I know for sure?” tanyaku kemudian
“if only I knew for sure. I just want you to be mine” jawabnya.
“what do you think love is?” ucapku lagi
Dia kemudian lama berpikir,
“come to me, if you had got the answer then” ucapku seraya pergi meninggalkannya.
Malam itu tidak menjadi indah, meski tidak kutepis aku sangat senang, tentu saja, bagaimana aku katakan tidak.
Esoknya, ia tidak menghubungiku. Aku sangat khawatir saat itu, khawatir kalau-kalau ia akan meninggalkan aku. Tentu saja selama 4 bulan ini dia sudah menjadi kebiasaanku. Kehilangan kebiasaan lebih berat daripada kehilangan jiwa rasanya.
Satu minggu kemudian, tetap tidak ada pesan atau sejenisnya. Telepon pun tidak berdering. Dan aku masih tetap gengsi untuk menguhubunginya lebih dulu, ya, wanita memang begitu.
Hari demi hari semakin berat terasa. Aku lebih banyak melamun dan menyesal ini itu.
Satu bulan berlalu. 24 januari kini. Setelah tahun baru ku , aku lalui dengan sahabat-sahabat terbaikku. Sahabat ku tau, apa yang terjadi, namun mereka lebih memilih mendukungku dan mendoakanku, daripada membuatku semakin menyesal.
Akhirnya, hari itu, aku mengalah, aku hubungi ia lebih dulu.
Pertama aku kirimi ia pesan,
“long time so quiet”
Dan untuk satu jam kemudian, tetap tidak ada balasan.
Kemudian 2 jam, 3 jam, 4 jam, 5 jam, hingga aku tertidur dan saat bangun, tetap tidak ada pesan darinya.
Pagi itu, aku akhirnya benar-benar mengalah dan meneleponnya.
Tidak ada jawaban.
Dan saat siang hari, teleponnya nonaktif. Tentu saja aku heran.
Saat tengah sangat hopeless dan mulai merasa hampa dan sedih.
Aku dikejutkan oleh sebuah surat yang muncul di meja di ruang kelas ku. Ditengah orang-orang yang ribut karena dosen belum datang sore itu. Aku perlahan membukanya.
“I can’t come to you right now, although I am so sick here to spend a day without you.
I just haven’t got the meaning of love as you ask me look for
Really, I don’t know the meaning of such that simple word
For you, I just feel the extraordinary feeling which I’ve never felt before
How do I explain to you?
You just took my heart away, when I’m here staring at the moon so blue, I was without hope or dreams, and you saw me through
While I’m walking on a path of air, then I just see your faces everywhere, you are just there to warm my soul, you gave my life a brand new start
I don’t know anything else but I just can’t stop thinking of you
And when I realize, I thought it is love.
I just want to be the one whom you trust
I just want to be the one whom you can count on
I just want you to be mine until we meet our God The Exalted
If it’s all not been enough yet to answer you ask about,
Then I realize, maybe, I am not that good enough for you
And if there’s someone else you trust you’re gonna with, make it sure that he loves me more than I do. Then I’ll just go out of your life. Make it better for you and me.
So, as long as you haven’t found that another man, let me be by your side to catch your fall,
To wipe away your tears, to hold you when you’re not strong enough to stand
To be your eyes when you couldn’t see, to be your voices when you couldn’t speak, and lifted you up when you couldn’t reach, “

Begitu panjang kertas yang aku baca itu. Sempat kaget iya, namun aku menemukan kertas kecil dibalik itu.
Dan kemudian aku membacanya lagi
“that was not my written. I made it from all the love song lyrics you like. I am not that romantic guy such as Edward Cullen or the talented guy to paint your picture such Jack Dawson, I just want to tell you,
I love you. And I really do.
I don’t know what the meaning of love is, so, why don’t you just show me the meaning and take me to your heart.
I know you also need me, it’s proven that you miss me a lot, right?
I don’t know what love is, but it’s maybe just like this”

“would you be mine?”
Suara itu terdengar jelas didepan kelas hingga semua orang tersentak di ruangan. Aku yang masih memegang kertas itu berbalik dan melihat pemuda ini berdiri dengan pakaian casual nya tanpa apapun dan hanya menggandong tas ranselnya.
Semua orang tentu saja terkejut, tidak terkecuali aku. Bagaimana tidak, jika pemuda luar biasa itu menuju ke arahku sekarang.
Semua orang mulai bersorak sekarang. Aku tetap mengontrol mimik mukaku saat itu.
“I don’t mind” itu jawabanku.
Dan kami, memulai perjalanan ini, perjalanan menemukan arti cinta. Semoga, segera kami dapatkan, Tuhan.

0 responses: